Latihan Perang Bersama Jepang dan Inggris
Latihan Perang Bersama Jepang dan Inggris. Kapal perang terbesar pengangkut helikopter, Kaga, bergabung dalam
sesi latihan perang dengan kapal Inggris, HMS Argyll, di Samudera
Hindia.
Latihan perang itu digelar di Laut China Selatan dan Asia Timur. Itu sebagai bentuk provokasi terhadap China. Tapi, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat (AS) sepertinya sepakat untuk melawan pertumbuhan pengaruh China di kawasan. Mereka juga ingin kembali memperkuat jalur laut yang menghubungkan Asia ke Eropa, AS dan wilayah lain.
“Kita memiliki ikatan dengan Angkatan Laut Inggris dan kita merupakan aliansi AS,” kata Komanan Kapal Kaga Pasukan Pertahanan Diri Maritim (MSDF) Kenji Sakaguchi, dilansir Reuters. “Latihan ini sebagai kesempatan kita untuk memperkuat kerja sama,” ujarnya.
Dengan kehadiran kapal perang Angkatan Laut Inggris, menurut Sakaguchi, menjadi kesempatan bagi kedua angkatan untuk terus melakukan latihan di masa depan.
Baik Argyll, Kaga, dan kapal perusak lainnya melakukan formasi latihan tempur di Samudera Hindia di dekat jalur laut komersial yang biasa dilalui kapal tanker. Tiga helikopter Jepang memonitor latihan tempur tersebut.
Kedatangan Argyll setelah kapal amfibi Inggris, Albion, bulan lalu menantang Beijing dengan memasuki Laut China Selatan menuju Jepang. Albion berani berlayar di dekat kepulauan Paracel yang diklaim oleh Beijing sebagai operasi kebebasan navigasi.
China menganggap kehadiran Inggris di Laut China membahayakan perundingan kesepakatan dagang dengan London saat Inggris bersiap-siap meninggalkan Uni Eropa (UE). Kalau Jepang, China memang menyadari kalau Tokyo memang kerap melakukan provokasi karena keduanya memiliki sejarah rivalitas.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China Ren Guoqiang mengungkapkan, China memberikan perhatian terhadap aktivitas Jepang di Laut China Selatan. China menentang negara di luar kawasan untuk masuk dalam isu Laut China Selatan.
“Kita berharap Jepang tidak mengambil keuntungan dari perdamaian regional dan stabilitas,” ujar Ren. “Kita meminta Jepang berbicara dan bertindak hati-hati dalam hal Laut China Selatan,” ancamnya.
China mengklaim mereka memiliki niat baik dan damai dalam menyelesaikan isu Laut China Selatan. Jalur pelayaran itu memiliki nilai perdagangan USD3 triliun setiap tahun. Baik Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei juga mengklaim sebagian wilayah Laut China Selatan sebagai wilayah mereka. Kawasan itu dikenal memiliki kandungan gas dan minyak.
Jepang memang tidak terlibat dalam ketegangan territorial dengan China di Laut China Selatan. Tapi, Tokyo mengklaim melaksanakan operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan. Pada awal bulan ini, Kementerian Pertahanan Jepang juga menyatakan salah satu kapal selamnya melaksanakan latihan perang di Laut China Selatan.
Sementara Argyll nantinya akan melanjutkan operasional di sekitar Jepang. Kapal itu juga akan memonitor pelaksanaan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara. “Argyll akan mengawasi penerapan sanksi PBB untuk Korut berkaitan dengan senjata nuklir dan misil,” ujar sumber Pemerintah Inggris yang enggan disebutkan namanya.
Argyll merupakan kapal perang Inggris ketiga yang berlayar di Asia sepanjang tahun ini. “Normalnya, kita hanya menggelar diskusi dengan negara lain sebelum latihan perang. Tapi, Inggris tidak perlu melakukan itu, mereka juga mudah diajak kerja sama,” jelas kepala operasional kapal Kaga, Tatsuhiko Mizuno.
China Kecam AS
China kemarin mengkritik AS yang menerbangkan pesawat pengebom B-52 di Laut China Selatan. Beijing meminta AS untuk meningkatkan hubungan militer dan tidak mempertegang hubungan antara dua negara.“China menentang segala bentuk provokasi tindakan militer AS di Laut China Selatan,” ujar Ren.
Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa Beijing berusaha mempengaruhi pemilu pertengahan AS pada November mendatang.
“Kita menasihati AS untuk menghentikan kritik dan sikap menyalahkan China,” ucap Geng. Dia menegaskan China meminta Trump untuk menghentikan penggunaan kata-kata salah yang merusak hubungan bilateral kedua negara.
China dan AS telah terlibat dalam perang dagang tanpa akhir. Mereka juga kerap bersitegang dalam isu Laut China Selatan dan Taiwan.
Sebagai bentuk protes, China telah memanggil Duta Besar AS di Beijing dan menunda perundingan militer bersama sebagai bentuk protes atas sanksi Washington terhadap Beijing atas pembelian jet tempur dan sistem rudal dari Rusia. Beijing juga menolak izin masuknya kapal AS ke Hong Kong.
Sebelumnya, militer AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 di Laut China Selatan pada Rabu (26/9). Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn, mengungkapkan pesawat B-52 transit di Laut China Selatan dalam operasi terjadwal.
“Penerbangan itu untuk bekerja sama dengan mitra dan sekutu,” papar Eastburn.
Latihan perang itu digelar di Laut China Selatan dan Asia Timur. Itu sebagai bentuk provokasi terhadap China. Tapi, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat (AS) sepertinya sepakat untuk melawan pertumbuhan pengaruh China di kawasan. Mereka juga ingin kembali memperkuat jalur laut yang menghubungkan Asia ke Eropa, AS dan wilayah lain.
“Kita memiliki ikatan dengan Angkatan Laut Inggris dan kita merupakan aliansi AS,” kata Komanan Kapal Kaga Pasukan Pertahanan Diri Maritim (MSDF) Kenji Sakaguchi, dilansir Reuters. “Latihan ini sebagai kesempatan kita untuk memperkuat kerja sama,” ujarnya.
Dengan kehadiran kapal perang Angkatan Laut Inggris, menurut Sakaguchi, menjadi kesempatan bagi kedua angkatan untuk terus melakukan latihan di masa depan.
Baik Argyll, Kaga, dan kapal perusak lainnya melakukan formasi latihan tempur di Samudera Hindia di dekat jalur laut komersial yang biasa dilalui kapal tanker. Tiga helikopter Jepang memonitor latihan tempur tersebut.
Kedatangan Argyll setelah kapal amfibi Inggris, Albion, bulan lalu menantang Beijing dengan memasuki Laut China Selatan menuju Jepang. Albion berani berlayar di dekat kepulauan Paracel yang diklaim oleh Beijing sebagai operasi kebebasan navigasi.
China menganggap kehadiran Inggris di Laut China membahayakan perundingan kesepakatan dagang dengan London saat Inggris bersiap-siap meninggalkan Uni Eropa (UE). Kalau Jepang, China memang menyadari kalau Tokyo memang kerap melakukan provokasi karena keduanya memiliki sejarah rivalitas.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China Ren Guoqiang mengungkapkan, China memberikan perhatian terhadap aktivitas Jepang di Laut China Selatan. China menentang negara di luar kawasan untuk masuk dalam isu Laut China Selatan.
“Kita berharap Jepang tidak mengambil keuntungan dari perdamaian regional dan stabilitas,” ujar Ren. “Kita meminta Jepang berbicara dan bertindak hati-hati dalam hal Laut China Selatan,” ancamnya.
China mengklaim mereka memiliki niat baik dan damai dalam menyelesaikan isu Laut China Selatan. Jalur pelayaran itu memiliki nilai perdagangan USD3 triliun setiap tahun. Baik Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei juga mengklaim sebagian wilayah Laut China Selatan sebagai wilayah mereka. Kawasan itu dikenal memiliki kandungan gas dan minyak.
Jepang memang tidak terlibat dalam ketegangan territorial dengan China di Laut China Selatan. Tapi, Tokyo mengklaim melaksanakan operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan. Pada awal bulan ini, Kementerian Pertahanan Jepang juga menyatakan salah satu kapal selamnya melaksanakan latihan perang di Laut China Selatan.
Sementara Argyll nantinya akan melanjutkan operasional di sekitar Jepang. Kapal itu juga akan memonitor pelaksanaan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara. “Argyll akan mengawasi penerapan sanksi PBB untuk Korut berkaitan dengan senjata nuklir dan misil,” ujar sumber Pemerintah Inggris yang enggan disebutkan namanya.
Argyll merupakan kapal perang Inggris ketiga yang berlayar di Asia sepanjang tahun ini. “Normalnya, kita hanya menggelar diskusi dengan negara lain sebelum latihan perang. Tapi, Inggris tidak perlu melakukan itu, mereka juga mudah diajak kerja sama,” jelas kepala operasional kapal Kaga, Tatsuhiko Mizuno.
China Kecam AS
China kemarin mengkritik AS yang menerbangkan pesawat pengebom B-52 di Laut China Selatan. Beijing meminta AS untuk meningkatkan hubungan militer dan tidak mempertegang hubungan antara dua negara.“China menentang segala bentuk provokasi tindakan militer AS di Laut China Selatan,” ujar Ren.
Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa Beijing berusaha mempengaruhi pemilu pertengahan AS pada November mendatang.
“Kita menasihati AS untuk menghentikan kritik dan sikap menyalahkan China,” ucap Geng. Dia menegaskan China meminta Trump untuk menghentikan penggunaan kata-kata salah yang merusak hubungan bilateral kedua negara.
China dan AS telah terlibat dalam perang dagang tanpa akhir. Mereka juga kerap bersitegang dalam isu Laut China Selatan dan Taiwan.
Sebagai bentuk protes, China telah memanggil Duta Besar AS di Beijing dan menunda perundingan militer bersama sebagai bentuk protes atas sanksi Washington terhadap Beijing atas pembelian jet tempur dan sistem rudal dari Rusia. Beijing juga menolak izin masuknya kapal AS ke Hong Kong.
Sebelumnya, militer AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 di Laut China Selatan pada Rabu (26/9). Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn, mengungkapkan pesawat B-52 transit di Laut China Selatan dalam operasi terjadwal.
“Penerbangan itu untuk bekerja sama dengan mitra dan sekutu,” papar Eastburn.
Comments
Post a Comment